Kewirausahaan dan Inovatif

Muhammad Fachruroji Azuri
Mahasiswa Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Prodi Manajemen Bisnis Syariah 2021

Kewirausahaan dan Inovasi


A. Konsep Kewirausahaan

Kata wirausaha merupakan penerjemahan dari 'entrepreneur, kata dalam bahasa Inggris yang asal kata dari bahasa Perancis 'entreprendre' Sesuai dengan entriasi dalam kamus Savary' Dictionaire Universal de Commerce (1723), entrepreneur (wirausaha) didefinisikan sebagai orang yang melaksanakan tugas proyek; seorang pengusaha, dan seorang pengembang ahli. 

Dalam kamus Merriam-Webster disebutkan bahwa 'entrepreneur' adalah 'one who organizes, manages, and assumes the risks of a business or enterprise' (orang yang mengatur, mengelola, dan memperkirakan adanya risiko bisnis atau usaha.) Adapun, kewirausahaan yang dalam bahasa Inggris disebut entrepreneurship adalah kegiatan wirausaha dalam melaksanakan upaya kerjanya.

Dalam batasan konsepsi ilmiah, istilah 'kewirausahaan' termasuk dalam bahasan Ilmu Ekonomi. Dalam kajian sejarah pemikiran ekonomi, kewirausahaan mulai dibahas dari titik tolak pemikiran penawaran (supply side) dan berkembang menjadi pemikiran kebutuhan (demand side). 

Dalam pemikiran penawaran, para ilmuwan mengajukan proposisinya tentang posisi wirausaha dalam mengendalikan kegiatan bisnis. Sedangkan, pemikiran kebutuhan mempersepsikan wirausaha sebagai pihak yang membangun pasar dalam kegiatan ekonomi. 

Pertumbuhan pemikiran tentang konsepsi kewirausahaan yang berkembang dari sisi penawaran menuju kebutuhan sejalan dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi yang bergeser dari kegiatan pertanian menuju kegiatan industri dan perdagangan.

Bahasan kewirusahaan dari sisi penawaran dimulai dari teori ekonomi yang lisampaikan Rhard Cantillon (1680-1734). Ja mengidentifikasi keterlibatan tiga kelompok dalam pengembangan ekonomi: yakni, pemilik lahan (landowners), pekerja (hirelings) dan wirausaha. 

Di antara ketiga kelompok tersebut, yang mempunyai peran kunci adalah para wirausaha. Mereka adalah pihak yang menjembatani antara pemilik lahan dan pekerja dalam proses bisnis. Mereka adalah pihak yang mempunyai modal hak kepemilikan atau paten (property rights). 

Dalam kegiatan ekonomi, mereka adalah pengambil keputusan tentang alokasi sumber daya, menentukan harga barang, dan juga pihak yang menangung risiko besar atas kegagalan usaha. Mereka adalah pihak yang mengestimasi kebutuhan pasar, dan yang menciptakan dan mengadakan barang tersebut adalah para pekerja.

Gustav Schmoller (1838-1917) adalah ahli ekonomi Jerman yang pemikirannya banyak terpengaruh aliran historis. Dalam kajiannya terhadap data ekonomi ia menemukan bahwa faktor sentral dan unik dalam kegiatan ekonomi adalah semangat kewirausahaan atau wirausaha yang dalam bahasa Jerman disebut 'unternehmer la adalah seorang pengendali dan manajer yang peranannya terletak pada inovasi dan inisiasinya terhadap produk baru. Dari sisi kepribadian, seorang wirausaha adalah sosok yang mempunyai imajinasi tinggi dan keberanian.

Pendapat Schmoler selanjutnya dikembangkan lebih lanjut oleh aliran historis generasi berikutnya; yaitu, Werner Sombart (1863-1941) dan Max Weber (1864-1920). 

Sombart mengoperasionalkan proposisi Schmoler dengan adanya unsur kepribadian dan kemampuan yang dimiliki oleh wirausaha. Fungsi kegiatan kewirusahaan adalah untuk memaksimumkan produktivitas semua pihak yang terkait dengan proses produksi; seperti, pengelola keuangan, manufaktur, perdagangan, dan lain-lainnya.

Lebih lanjut ditambahkan oleh Schumpeter bahwa kewirausahaan adalah sebuah fungsi. Untuk fungsi produksi, misalnya, ia menyebutkannya dalam sebuah proposisi; yakni, "sebuah cara yang menjadikan jumlah produk berbeda, bila jumlah faktornya juga berbeda." Wirausaha adalah sebuah atribut pada diri seseorang: keberadaannya bisa ada pada satu kondisi dan bisa tidak ada pada kondisi yang lain. Schumpeter menyatakan hal itu dalam kalimat berikut:
"Everyone is an entrepreneur only when he actually carries out new combinations, and loses that character as soon as he has built up his business, when he settles down to running it as other people run their business

(Setiap orang adalah wirausaha selama ia melaksanakan suatu penggabungan baru, dan ia kehilangan ciri sebagai wirausaha sewaktu ia mendirikan bisnisnya, sewaktu ia menjalankan bisnisnya seperti orang kebanyakan.)


B. Inovasi Dalam Kewirausahaan

Kewirausahaan seperti yang disebutkan di atas tidak terkait dengan besar kecilnya suatu usaha, dan juga tidak terkait dengan satu jenis pekerjaan tertentu. Kewirusahaan bukan hanya terbatas pada kegiatan di industri, jasa layanan, perusahaan, tetapi juga di pekerjaan birokrasi; seperti, pemerintah, organisasi politik, departemen, dan lain- lainnya. 

Fakta lain tentang kewirausahaan adalah bahwa wirausaha, sebagaimana yang disebutkan oleh para ahli ekonomi, bukan mengacu pada orang atau sekelompok pimpinan, tetapi pada kepribadian, jiwa, semangat dan pola pikir yang dimiliki oleh mereka yang terlibat dalam kegiatan ekonomi. 

Sasaran kerja kewirausahaan dalam bisnis tetap menggunakan paradigma ekonomi yakni, memaksimalkan keuntungan dan meminimalkan biaya. Yang membedakannya dari kegiatan ekonomi lainnya adalah dinamika inovasi yang menyertainya. 

Tidak ada kewirausahaan bilamana tidak ada inovasi. Seperti yang telah dibahas di atas bahwa setiap inovasi memerlukan pemikiran kreatif, upaya penghadiran barang baru, dan keberanian untuk mempertaruhkan suatu kegagalan. 

Untuk itu, kewirausahaan dalam beberapa hal juga terkait dengan pertaruhan risiko kerugian atau kegagalan. Kewirausahaan sebagai daya dorong untuk melakukan perubahan selalu mengandung risiko kegagalan. Namun, bagi wirausah risiko seperti mata uang yang memeliki dua sisi dialektika peluang atau ancaman.

Sesuai dengan hakikatnya, inovasi dalam kewirausahaan atau yang dilakukan oleh wirausaha bisa radikal atau sederhana (incremental). Steve Jobs, petinggi perusahaan Appie, Inc. adalah sosok wirausaha sejati. Di mana saja ia bekerja, ia selalu menghadirkan produk baru. 

Nilainya bukan hanya sekadar memoles produk lama dengan kemasan baru, tetapi benar-benar produk revolusioner, yang menambah perbendaharaan khazanah perbendaharaan produk bisnis. Sebelum di perusahaan Apple, Inc. ia pernah bekerja di perusahaan Pixar Animation, Walt Disney, Next, Inc. yang kontribusinya terhadap kemajuan perusahaan sangat tinggi, khususnya dalam menciptakan produk baru: misalnya, film animasi yang sangat terkenal Toy Story (1995). Pada saat ia bekerja di perusahaan Apple, Inc. ia telah menghasilkan produk inovatif yang radikal, misalnya, Imac, Itunes, Ipod, Iphone, dan Ipad,

Kontribusi Steve Jobs terhadap kemajuan bisnis kepada semua perusahaan tempat ia bekerja merupakan justifikasi teori Schumpeter bahwa para wirausaha adalah faktor penyebab (causa) untuk kemajuan ekonomi. Di samping itu, wirausaha adalah faktor penentu yang mengurai kebuntuan status quo perkembangan ekonomi dalam sebuah sistem rutinitas (circular flow),

Di Indonesia juga terdapat sejumlah wirausaha yang kuat dan tergolong sebagai pebisnis sukses, Ciputra terkenal sebagai seorang pebisnis sukses dalam bidang real estate dan property. Seperti yang diteorikan oleh Cantillon, bahwa fungsi wirausaha adalah peningkatan nilai barang dari yang bernei re dah menjadi tinggi, Ciputra mengubah kawasan daerah yang bernilai biasa menjadi luar biasa. 

Pantai Ancol a ubah menjadi sentra bisnis hiburan dan pusat disney yang menarik para wisatawan, la meciptakan sejumlali kota baru, seperti, Bumi Serpong Damai, Pantai Indah Kapuk, Puri Jaya, Pondok Indah, CitraRaya Kota Nuansa Seni, CitraRaya Surabaya, Citra Westlake City (Hanoi, Vietnam), dan lain-lainnya. Upaya kewirusahaannya telah menumbuhkan kegiatan ekonomi masyarakat dalam berbagai bentuk usaha, yang juga memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang cukup signifikan. 

Sebenarnya, dimensi inovasi dalam kewirausahaan tidak selamanya berbentuk ekonomi. Mereka membentuk sistem ekonomi lebih kompetetif, dinamis, dan mendorong peningkatan pendapatan individu. Di samping itu, mereka juga mendorong perubahan struktur sosial, meningkatkan kesejahteraan, menantang status quo, dan mengubah persepsi masyarakat tentang nilai ekonomi. 

Bob Geldof (1951-), seorang penyanyi Irlandia, mengadakan konser amal untuk pengumpulan dana untuk bencana kelaparan di Ethiopia (1984), mengelola kegiatan konser amal 'Live 8' (1985) di beberapa kota dunia yang mendorong keperdulian pimpinan dunia untuk membantu negara miskin. Kegiatan amal yang dilakukan adalah suatu bentuk kewirausahaan yang didorong oleh motif sosial. Kegiatan tersebut saat ini banyak ditiru dan dilaksanakan oleh masyarakat dunia, khususnya untuk menggalang dana untuk musibah bencana alam, kemiskinan, penderita sakit AIDS, sakit kanker, dan lain-lainnya.

Kegiatan kewirausahaan bisa juga didorong oleh motif budaya. Oma Irama (1946- ), pelopor penyanyi dangdut Indonesia, dalam mengembangkan musik dangdutnya bukan saja mengubah struktur irama dangdut yang sudah ada, lirik lagunya dirancang sedemikian rupa sebagai suatu nasihat, falsafah hidup, dan ajaran agama. 

Semua itu ditujukan untuk mengubah perilaku masyarakat dan mendidiknya menjadi anggota masyarakat yang mengedepankan nilai religi. Trevor Graham Baylis (1937-), seorang penemu Inggris, menciptakan radio bertenaga putar bagi masyarakat Afrika. Dengan memutar panel yang ada di radio, tenaga listrik dapat dihasilkan dan masyarakat Afrika dapat mendengarkan informasi tentang penyakit AIDS, Melalui radio tersebut dapat dibangun budaya memperoleh informasi dari pihak luar yang sebelumnya hanya diperoleh melalui ketua suku atau kelompok sosial mereka secara terbatas.

Di sisi lain, biasa juga kewirausahaan yang didorong oleh motif ekonomi tetapi dampaknya berdimensi lingkungan dan kesehatan. Banyak UKM di Indonesia yang menggeluti bisnis daur ulang sampah yang diproduksi menjadi asesori, keperluan rumah tangga, atau bahan prouksi. Kegiatan kewirausahaan daur ulang sampah tersebut bukan saja memberikan keuntungan finansial, juga memberikan solusi kesehatan lingkungan.


C. Hakikat Seorang Kewirausahaan

Kewirausahaan dalam sistem ekonomi adalah upaya untuk membangkitkan dan membangun harapan masa depan, dan bukan meratapi atau menikmati masa lalu. Masa lalu adalah sesuatu yang sudah terjadi dan tidak ada satu orang pun yang mampu mengubahnya; tetapi, masa lalu adalah pengalaman yang memberikan pijakan kuat untuk memantapkan upaya masa kini dan mendatang. Jiwa kewirausahaan tidak pernah menucul dalam ruang yang hampa. 

Kehadirannya selalu didorong oleh masalah yang  dipersepsikan sebagai suatu tantangan. Dalam suasana kemapanan, serba kecukupan, yang dan kebutuhan hidup yang selalu dapat terpenuhi jiwa kewirausahaan tidak akan pernah dilahirkan. Sejumlah wirausaha sukses di Indonesia, seperti Bob Sadino, Chairul Tanjung, Hasyim Ning, dan lain-lainnya pada awalnya adalah individu. mendapatkan kesulitan ekonomi. Bob Sadino pernah bekerja sebagai peternak ayam, Chairul Tanjung pernah mengalami kebangkrutan toko peralatan kedokteran, dan Hasyim Ning pernah bekerja sebagai pencuci mobil.

Wirausaha adalah jiwa yang dalam melaksanakan kegiatan bisnis atau sosialnya menggunakan ide baru, tetapi harus dalam perspektif pemanfaatan positif. Membuat laporan ganda untuk akuntansi perusahaan bukan ide kewirausahaan sekalipun hal itu adalah terobosan baru untuk menghindari pajak atau untuk menjaga kestabilan profil keuangan di bursa saham. 

Tindakan itu adalah penipuan. Efeknya bukan kemajuan ekonomi, tetapi kebangkrutan, seperti yang dialami oleh perusahaan Enron Corporation, perusahaan tambang Amerika yang berbasis di Huston, Texas, yang akhirnya ditutup tahun 2001. Mengeksploitasi alam untuk industri pertambangan dan apalagi memberi dampak pencemaran lingkungan bukan upaya kewirausahaan. Kegiatan itu seratus persen adalah bisnis.

Kewirausahaan juga terkait dengan ide baru dengan nilai efisiensi dan ketepatan kegunaannya yang bermakna Memperkenalkan ide bara membasmi nyamuk dengan bom bukan upaya kewirusahaan karena pelaksanaannya tidak efisien. Begitu pula. memasarkan produk buali pepaya di internet juga bukan upaya kewirausahaan karena pasarnya bukan mereka yang menggunakan internet.

Bagi seorang wirausaha upaya untuk menghasilkan produk baru bukan hanya dilakukan sekali saja pada saat membuka kegiatan bisnisnya. Steve Jobs setelah berhasil memproduksi gadget baru yang berbentuk alat mendengarkan musik (pod). ia mengenalkan produksi baru lainnya untuk handphone (Iphone), produk baru lain untuk video dan internet (lpad), dan membuat gagasan baru lainnya untuk mengubah kapasitas TV. 

Seorang yang membuka warung sate di pinggir jalan raya dekat hutan adalah wirausaha karena sebelumnya belum ada warung sate di sana. Tetapi, bila setelah itu tidak ada produk baru, cara baru, atau suasana baru dalam berdagang satu di warung tersebut, maka ia bukan wirausaha lagi. Hal ini sesuai dengan teori Schumpeter yang mengatakan bahwa selama seseorang mengelola bisnisnya sama dengan yang lain maka ia bukan lagi seorang wirausaha. Secara singkat kewirausahaan adalah kemampuan mengelola usaha (enterpr capability) yang mempunyai dinamika mengenalkan de baru. Davies Review (2002) dalam Robin Lowe dan Sue Mariott (2006) mengidentifikasi kemampuan kewirausahaan dengan menyebutkan sejumlah atribut yang berikut:

capacity to handle uncertainty and respond positively to change, to create and implement new ,ideas and ways of doing things, to make reasonable risk/reward assessments and act upon them in one's personal and working life'

kemampuan mengatasi ketidak pastian dan merespon secara positif terhadap perubahan, menciptakan dan menggunakan ide baru dan cara mengerjakan sesuatu, mengambil tanggung jawab risiko/masukan penilaian dan menindak lanjutinya dalam kehidupannya secara pribadi maupun kerja.

Batasan definisi di atas, sekurang-kurangnya terdapat empat ciri penting yang dimiliki oleh seorang wirausaha; yakni, selalu siap menanggung risiko, menciptakan ide atau cara baru dalam pengembangan bisnisnya, melakukan pembelajaran melalui pengalaman, dan responsif terhadap lingkungan. Sebagai pola pikir, atribut kewirausahaan akan melekat pribadinya dan juga diaplikasikan dalam kegiatan bisnis yang dikelolanya.

Sementara itu, kehadiran wirausaha dalam kegiatan bisnis selalu memerlukan lingkungan tertentu. Robin Lowe dan Sue Mariott (2006, hal 13-17) menyebutkan sejumlah dimensi bahasan di mana wirausaha dapat berilaku dalam kegiatan bisnis, sosial atau budaya. Di antara dimensi tersebut adalah sejumlah permasalahan menarik yang berkaitan dengan (i) kemandirian pengelolaan, (ii) pengetahuan dan pembelajaran. (ii) faktor keluarga, dan (iv) dorongan personal, (v) persepsi terhadap risiko, (vi) dimensi budaya, dan (vii) rentang ukuran kewirausahaan.

D. Kepribadian Kewirausahaan

Kewirausahaan adalah bagian dari pengetahuan tersembunyi (tacit) yang bersifat unik bagi setiap orang. Kewirausahaan merupakan sebuah kepakaran dalam pengelolaan produk baru yang tersimpan diri seseorang dalam kognisinya secara mendalam. Sebagai ciri kepribadian (personality trait) yang tersimpan begitu dalamnya, kewirusahaan sulit untuk dapat diurai secara verbal dan lengkap. Dalam mengurai perilaku kepribadian wirausaha, pasti terdapat aspek tertentu yang tidak teridentifikasi atau terdapat kekeliruan identifikasi.

Oleh karna itu, apa yang bisa diungkapkan sebagai ciri-ciri kewirausahaan pada umumnya hanya bersifat luaran. Bila ada seseorang yang meniru untuk berperilaku sesuai dengan ciri-ciri seorang wirausaha yang tergolong sukses, maka ia tidak akan pernah dapat menjadi seorang wirausaha seperti yang ia replikasikan. Apalagi, menjadi sukses sepertinya karena kesuksesan seorang wirausaha tidak hanya disebabkan oleh faktor internal tetapi juga eksternal; misalnya, modal, kesempatan, ketepatan waktu, dan juga keberuntungan (luck).

Terlepas dari kesulitan mengidentifikasi perilaku pribadi wirausaha, seperti yang disebutkan di atas, upaya para ilmuwan untuk mengidentifikasi ciri-ciri wirausaha tidak pernah surut. Robin Lowe dan Sue Mariott (2006, hal 40) menyebutkan sejumlah pendapat ilmuwan tentang ciri kepribadian wirausaha. Davis Review (2006) menyebutkan empat unsur yakni, (a) selalu siap menanggung risiko, (b) menciptakan ide atau cara baru, (c) melakukan pembelajaran melalui pengalaman, dan (d) responsif terhadap lingkungan. Meredith, Nelson dan Nick (1982) menyebutkan lima unsur perilaku; yakni, (a) percaya diri, (b) mengambil risiko, (c) fleksibel. (d) memburu prestasi. dan (e) keinginan kuat untuk mandiri. 

Bolton dan Thomson (2003) membedakan ciri wirausaha dengan lainnya dengan empat dimensi; yakni, (a) kreativitas dan inovasi. (b) determinasi terhadap kegigihan berusaha, (c) kemampuan membangun jaringan, (d) kemampuan mengelola risiko. Sementara itu, Handy (1999) menyimpulkan ciri- ciri wirausaha atas (a) dedikasi, (b) terus berusaha, dan (c) tidak mengenal situasi atau waktu tertentu.

Mengidentifikasi kewirausaahaan melalui pendekatan ciri kepribadian sebenarnya banyak mendapat kritikan. Kajiannya banyak dianggap kurang komprehensif sehingga terdapat ciri utamanya yang lepas dari pengamatan. Di samping itu, kewirusahaan adalah pola pikir yang dinamis dan bukan statis sehingga bisa saja yang teridentifikasi hanya sifat temporer dan bukan yang prinsipal. Begitu pula, kadar kewirausahaan bisa bergradasi dari yang lemah sampai yang kuat, dan bentuknya dalam beberapa hal tergantung atas ukuran skala kegiatan bisnis kewirausahaan.

Seperti halnya pada setiap pengukuran konstruk abstrak, terdapat sejumlah kekeliruan (error) pengukuran. Konstruk kewirausahaan yang diungkapkan oleh sejumlah pakar memang belum diketahui tingkat vailidatasnya kecuali sebuah gagasan yang disimpulkan melalui pemikiran koherensi. Mengingat dinamika dan jenis kegiatan wirausaha yang sangat luas, untuk mengukur validitas prediktif atas instrumen pengukuran kewirausahaan juga relatif sulit untuk dilakukan. 

Terlepas dari keberadaan aspek kekeliruan dan kesulitan mengukur jiwa kewirusahaan, pendapat para ilmuwan yang disebutkan di atas, dapat disinergikan sebagai ciri kepribadian wirausaha yang terdiri atas sejumlah konstruk perilaku yang selalu ada: yakni, (a) gagasan melakukan sesuatu yang baru, (b) mengambil risiko, (c) percaya diri, (d) kemandirian, (e) kegigihan berusaha, (f) dedikasi terhadap kerjanya, (g) pembelajaran melalui pengalaman, (h) penetrasi terhadap prestasi atau keberhasilan, (i) fleksibilitas kebijakan, dan (j) responsif terhadap lingkungan.

Sementara itu, keberhasilan seorang wirausaha dalam kegiatan bisnisnya sesuai dengan paradigma Mihaly Csikszentmihalyi (1996) bahwa sebuah keberhasilan memerlukan adanya akses ke bidang keahlian (access to a domain) dan akses ke lapangan (access to a field). 

Seorang yang mempunyai potensi jiwa kewirausahaan yang cukup besar bila tidak dilatih dan dikembangkan dalam lingkungan yang benar, maka halitu tidak akan mengantarkannya sebagai wirausaha yang berhasil. Begitu pula, kesuksesannya harus ditunjang dengan kemampuan aksesnya ke pasar. Banyak wirausaha pemula yang mampu memproduksi barang baru, yang berbentuk makanan. barang kerajinan, atau desain produk tetapi tidak dapat terserap pasar karena ia tidak mempunyai akses untuk itu.