![]() |
Lusiana Monohevita, SS., M.Hum
|
Lusiana Monohevita, SS., M.Hum, seorang pustakawan Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia dari Bekasi ini berhasil meraih gelar Pustakawan Berprestasi Universitas Indonesia 2017 dalam ajang Diktendik Award Universitas Indonesia 2017, Rabu (24/5/17). Gelar tersebut bukan gelar main-main, untuk meraihnya, Lusiana musti memaparkan dan mempresentasikan Konsep Sebuah Perpustakaan Yang Ideal kepada para juri. Untuk selanjutnya, Lusiana Monohevita akan mewakili Universitas Indonesia pada ajang yang sama di Tingkat Nasional.
Berikut ringkasan dari presentasi yang dipaparkan oleh Lusiana dalam ajang Diktendik Award Universitas Indonesia 2017.
Menurut hasil kajian "Most Littered Nation In the World", yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016 lalu, diperoleh fakta bahwa Indonesia berada pada posisi ke-60 dari 61 negara yang disurvey dalam hal minat membaca. Persis berada dibawah Thailand yang berada di urutan ke-59, dan diatas Bostwana yang berada di urutan terakhir, ke-61. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa budaya membaca bangsa kita ini telah sampai pada taraf yang sangat mengkhawatirkan.
Menurut hasil kajian "Most Littered Nation In the World", yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada tahun 2016 lalu, diperoleh fakta bahwa Indonesia berada pada posisi ke-60 dari 61 negara yang disurvey dalam hal minat membaca. Persis berada dibawah Thailand yang berada di urutan ke-59, dan diatas Bostwana yang berada di urutan terakhir, ke-61. Hasil kajian tersebut menunjukkan bahwa budaya membaca bangsa kita ini telah sampai pada taraf yang sangat mengkhawatirkan.
![]() |
http://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data |
Seolah
mengesampingkan bahwa pada sekitar 15 abad yang lalu, Tuhan, telah
mewajibkan untuk membaca, melalui firman pertama-Nya; “Bacalah dengan
(menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia
dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang paling Pemurah. Yang
mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang
belum diketahuinya.” (Surah Al Alaq Ayat 1-5).
Literasi
bukanlah sekadar kemampuan untuk membaca dan menulis, tapi lebih dari
itu, juga berfungsi untuk menambah pengetahuan dan keterampilan,
sehingga dapat membuat seseorang memiliki kemampuan untuk berpikir
secara kritis, kemampuan untuk memecahkan masalah dalam berbagai
konteks, mampu berkomunikasi secara efektif, serta kemampuan untuk
mengembangkan potensi dan berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Pembangunan
karakter merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk membina,
memperbaiki, serta membentuk tabiat, watak, sifat kejiwaan, juga budi
pekerti manusia sehingga menjadi baik. Hal ini penting karena fakta
sejarah menunjukkan bahwa kemajuan peradaban suatu bangsa terletak pada
pendidikan karakternya. Lembaga pendidikan, baik formal maupun non
formal, memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan
tradisi literasi. Sebab, pendidikan itu sendiri merupakan sebuah proses
transmisi kultural dari sebuah tradisi literasi antara penyampai ilmu
dan penerima ilmu. Cukup ironis ketika pemerintah dengan penuh semangat
menggerakkan program revolusi mental atau revolusi karakter, tapi di
sisi lain, tradisi literasi yang menjadi pintu masuk untuk mewujudkannya
justru mengalami kemunduran.
Solusi
alternatif untuk mengatasi hal itu, muncul pemikiran untuk memperkuat
pendidikan karakter yang dapat dilakukan melalui berbagai media,
termasuk sastra.
Secara etimologis, sastra berarti alat untuk mendidik, sehingga bersifat didaktis. Hal ini sesuai dengan fungsi sastra yaitu dulce et ulite (nikmat dan bermanfaat). Kebermanfaatannya bisa diketahui karena di dalam sastra, baik sastra klasik maupun sastra modern, terkandung amanat yang luhur, yaitu nilai moral yang bersesuaian dengan pendidikan karakter, seperti kemanusiaan, harga diri, berpikir kritis, kerja keras, hemat, dan lain sebagainya.
Secara etimologis, sastra berarti alat untuk mendidik, sehingga bersifat didaktis. Hal ini sesuai dengan fungsi sastra yaitu dulce et ulite (nikmat dan bermanfaat). Kebermanfaatannya bisa diketahui karena di dalam sastra, baik sastra klasik maupun sastra modern, terkandung amanat yang luhur, yaitu nilai moral yang bersesuaian dengan pendidikan karakter, seperti kemanusiaan, harga diri, berpikir kritis, kerja keras, hemat, dan lain sebagainya.
Peran
sastra dalam pembentukan karakter bangsa tidak hanya didasarkan pada
nilai yang terkandung di dalamnya. Pembelajaran sastra yang bersifat
apresiatif pun sarat dengan pendidikan karakter.
Kegiatan
membaca, mendengarkan, dan menonton karya sastra pada hakikatnya
menanamkan karakter tentang ketekunan, berpikir kritis, dan berwawasan
luas. Pada saat yang bersamaan dikembangkan kepekaan perasaan sehingga
pembaca cenderung cinta kepada kebaikan dan membela kebenaran. Sedangkan
pada kegiatan menulis karya sastra, dikembangkan karakter ketekunan,
kecermatan, ketaatan, dan kejujuran. Sementara itu, pada kegiatan
dokumentatif dikembangkan karakter ketelitian, dan berpikir ke depan
(visioner).
Khalifah
Umar bin Khattab pernah berwasiat: “Ajarilah anak-anakmu sastra, karena
sastra membuat anak pengecut menjadi jujur dan pemberani.”
Mengingat
akan hal itu, kita berharap, sastra dan pengajaran apresiasi sastra,
baik di sekolah maupun di masyarakat pada saat ini, dapat berperan dalam
pembentukan karakter bangsa.
Sebagai
wadah yang memiliki berbagai fungsi, seperti sebagai sumber Informasi,
edukasi, penelitian, administrasi, dan bahkan rekreasi, perpustakaan
memiliki peran yang sangat penting, karena bisa berfungsi sebagai media
konsultasi, yang menjadikannya tidak hanya sebagai gudang ilmu, tetapi
juga sebagai psikolog. Di era globalisasi dan kemajuan zaman seperti
sekarang ini, perpustakaan melalui buku-buku yang disediakannya, mampu
menjadi sumber inspirasi, konsultasi, dan bahkan solusi terhadap
berbagai problematika kehidupan.
Sebuah
hadiah yang sangat istimewa dan berkah yang sangat luar biasa tentunya
bagi kita semua, karena Lusiana Monohevita ini merupakan salah seorang
Supporter dan Provoke-actor Literasi di Cahaya Foundation Bekasi.